Rabu, 16 November 2011

Sepenggal Ceritaku di Tanah Bestari Pucuk cerita dari sebuah catatan kehidupan duniawi Menyeret pena langkahku tuk menari di sebuah sisi Menerawang jauh dari angan yang hendak aku daki Menuju sebuah gerbang bertuliskan “Bestari” Bestari Nama yang belum pernah terlintas di anganku Nama yang sebelumnya tak pernah menjamah waktuku dan Kesempatan yang tak pernah terduga oleh nalarku Keajaiban yang tak pernah sempat terpikir oleh logikaku Pijakan-pijakan kakiku teramat berat Bahuku tak seperti sedia kala ku angkat Entah... Mungkin aku belum mengenalnya Atau karena terlalu hijau ku tuk berdekatan dengannya Aku merasa... Dentingan jam berasa lamban mengemban Tanah-tanah serasa kering kerontang Meski angin mulai menyapa pelan Bestari... Lama terpendam tak ingin sebenarnya ku temuimu Pertemuan itu membisukanku Seperti layu aku karenamu Bestari... Perlahan aku ku dekati Terlihat sorot mata menyambutku Sorot mata yang berbinar Sorot mata yang tiada hadir sebelumnya Memberi sedikit celah kehangatan Mengundang hasrat penuh keramahan Kian hari ku merasa ada nada mengalun sayu Pelan terdengar oleh telingaku Berbisik, tentang ulas senyum itu Apa itu haru? Apa itu sendu? Bukan... Itu bukan haru... Itu bukan sendu... Namun, sebuah rasa kasih menelusuk lembut Membawaku dalam duniamu Bestari... Kau tumbuhkan kasih... Kau kobarkan semangat tanpa pamrih... Bestari.. Meski tak selamanya ku berpijak bersamamu Meski berat ku melangkah jauh darimu Tiada apa Kau telah memberiku seteguk air kehidupan Yang mengajarkan arti sebuah pertemuan Yang menawarkan racun perpisahan Bestari... Semoga kau tetap merekah Semoga kau tetap mempesona Tegak berdiri di atas kakimu Gegap gempita dalam nada suka cita Bestari... Dalam lamunanku kau mengadu Sertakanku dalam setiap doamu Ku tunggu selalu lambaian tangan semangatmu (Terinspirasi oleh kehangatan siswa SMA 1 Probolinggo)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar