Senin, 29 November 2010

pengetahuan tentang stres

Stres : peristiwa fisik atau psikologi apa pun yang dipersepsikan potensial dalam mnyebabkan ganggguan fisik maupun distres secara emosional.
Self-healing personality Vs Diasea- prone personality
Self-helaing personality Diasea-prone personality
Kecenderungan bertingkah laku - Menghindari konflik
- Tidak perfeksionis
- Ekstrovert
- Menyelesaikan tugas tepat waktu - Terlibat konflik interpersonal
- Perfeksionis
- Introvert
- Menunda tugas
Ekspetasi dan belief - Punya bias positif dalam penginterpretasian peristiwa penuh tekanan
- Punya locus of control internal
- Punya self-effecacy yang tinggi
- Optimistik
- Berusaha mencapai tujuan, fokus pada hasil positif - Punya bias yang negatif dalam menginterpretasikan peristiwa penuh tekanan
- Punya locus of control eksternal
- Punya self-effeccy yang rendah
- Pesimistik
- Menghindari pencapaian tujuan, fokus pada hasil negatif
Karakteristik personal - Tidak neurotik
- Dapat menyesuaikan diri dengan baik
- Punya self-esteem yang tinggi
- Mandiri
- Accesible attitudes-mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak - Neurotik
- Tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik
- Punya self-esteem yang rendah
- Bergantung pada orang lain
- Inaccesible attitudes-tidak mengetahui hal-hal yang disukai dan tidak

Kett :
Self healing personality : pribadi yang cenderung mampu menyembuhkan diri sendiri
Diasea prone personality : pribadi yang rentan terkena penyakit
Mengatasi stres :
1. Meningkatkan kebugaran fisik
2. Emosi positif dan pengendalian kontrol
3. Dukungan sosial ( kenyamanan fisik atau psikis yang diberikan teman atau keluarga )
Baron, Robert A. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga.

Kamis, 18 November 2010

Resume Mitosis

BIOLOGI SEL
Ade Intan P.A. (083204004)
Pend. Biologi ‘08
MITOSIS
Terjadi pada semua sel somatis, kecuali pada jaringan yang menghasilkan sel gamet. Dengan adanya mitosis maka terjadilah proses pertumbuhan dan perkembangan jaringan dan organ tubuh makhluk hidup. Tahapan pembelahan mitosis adalah profase, metafase, anafase, dan telofase.
a. Profase, fase pertama, paling banyak memerlukan energi.
Ciri-ciri profase adalah sebagai berikut :
 Selaput inti serta nukleolus menghilang.
 Benang-benang kromatin memendek dan menebal, membentuk kromosom yang tampak jelas dalam nukleus.
 Kromosom mengalami duplikasi menjadi sepasang kromatid (hasil dari tahapan interfase).
 Kedua kromatid yang terbentuk disatukan/ dihubungkan oleh sentromer / kinetokor.
 Pada sitoplasma, sentriol dan sentrosom memisah dan bergerak ke arah kutub yang berlawanan dan terjadinya benang-benang gelondong diantara kedua sentriol tersebut.
b. Metafase, terjadinya pembagian kromatid di daerah ekuator.
Ciri-ciri metafase adalah sebagai berikut :
 Sentromer pada masing-masing kromosom terletak pada bidang ekuator.
 Bidang pembelahan terbentuk di bagian tengah sel.
 Kromatid bergerak ke arah bidang pembelahan dan akhirnya berkumpul pada bidang pembelahan tersebut.
 Beberapa benang gelondong melekat pada sentromer dari masing-masing kromosom sehingga disebut benang-benang kromosom.
c. Anafase,
Ciri-ciri Anafase adalah sebagai berikut :
1). Sentromer pada masing-masing kromosom berpindah dari satu kutub ke kutub lainnya dengan lengan kromosom yang membentang di antara kedua kutub.(pemindahan dapat di jelaskan dengan model mikrotubul, sliding cytoplasmic filament model, dan dynamic equilibrium model).
2). Proses sitokenesis dimulai dan membagi dua sel yang komponen kromosomnya sama.
d. Telofase, merupakan tahap akhir pembelahan.
Ciri-ciri telofase adalah sebagai berikut :
 Kromosom telah sampai ke kutub masing-masing dan berangsur-angsur berubah kembali menjadi benang-benang kromatin, yang akhirnya lenyap tidak kelihatan.
 Anak inti/nukleus mulai muncul kembali.
 Membran nucleus mulai terbentuk.
 Pada bidang ekuator terbentuk penebalan plasma yang membagi sel menjadi dua, sehingga terbentuk dua sel anak yang identik satu sama lain.

MEIOSIS
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel kelamin (gamet). Tujuan pembelahan ini adalah untuk mengurangi jumlah kromosom sel induk dari diploid (2n) menjadi haploid (n). Meskipun inti sel yang dihasilkan hanya mengandung setengah jumlah kromosom diploid, kromosom set lengkap secara genetis, karena masing-masing memperoleh satu inti dari setiap pasangan kromosom homolog.
Meiosis mengalami dua tahap pembelahan, yaitu meiosis I dan meiosis II.
 Meiosis I
a. Profase I, meliputi beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :
1). Leptoten, benang-benang kromatin memendek dan menebal, serta mudah menyerap warna.
2). Zigoten, sentrosom membelah menjadi dua dan bergerak ke arah kutub yang berlawanan. Sementara itu kromosom homolog saling berpasangan(bivalen), peristiwa ini disebut sinapsis.
3). Pakiten, terjadi duplikasi kromosom.
4). Diploten, dua kromosom homolog yang saling berpasangan memisahkan diri, kecuali pada titik dimana terbentuk kiasma.
5). Diakinesis, dua sentriol sampai pada kutub yang berlawanan, terbentuk gelondong pembelahan, membran inti dan nukleolus menghilang.
b. Metafase I
1). Pasangan kromosom homolog berderet di daerah ekuator.
2). Sentromer menuju ke kutub dan mengeluarkan benang-benang spindel.
c. Anafase I
1). Kromosom homolog berpisah dan bergerak ke arah kutub yang berlawanan tanpa pemisahan sentromer.
2). Gelondong dan seluruh isi sel memanjang ke arah kutub.
d. Telofase I
1). Terbentuk membran nukleus.
2). Terjadi proses sitokinesis (pembelahan sitoplasma sel).
3). Terbentuk dua sel anak yang haploid (n)
Interkinesis (interfase)
Adalah periode antara akhir telofase I dan awal profase I dan II. Periode ini biasanya sangat singkat. DNA dari dua nukleus yang dihasilkan oleh pembelahan meiosis I tidak terlibat dalam replikasi selama interkinesis.
 Meiosis II
a. Profase II
1). Benang-benang kromatin yang terbentuk kembali pada akhir meiosis I memendek dan menebal membentuk kromosom.
2). Sentriol membelah menjadi dua, dan masing-masing bergerak ke arah kutub yang berlawanan.
3). Terbentuk benang-benang spindel dari sentriol sehingga menghasilkan gelondong pembelahan.
4). Selaput inti (karioteka) dan nukleolus menghilang.
b. Metafase II
1). Kromatid bergerak berjajar dan beraturan di bidang ekuator.
2). Benang spindel menghubungkan sentromer dengan kutub pembelahan.
c. Anafase II
1). Seluruh isi sel beserta benang-benang spindel dari gelondong bertambah panjang.
2). Kromatid yang berpasangan saling berpisah, dan masing-masing kromatid bergerak ke arah kutub yang berlawanan.
d. Telofase II
1). Benang-benang kromatid yang telah sampai di kutub berubah menjadi benang-benang kromatin.
2). Karioteka dan nukleolus terbentuk kembali.
3). Pada bidang pembelahan terbentuk sekat yang membagi sitoplasma menjadi dua bagian.
4). Terbentuk 4 sel baru yang masing-masing memiliki kromosom setengah dari jumlah kromosom yang dimiliki sel induknya.
Sitokinesis
Adalah peristiwa pembelahan sitoplasma. Pada organisme eukariotik sitokenesis terjadi setelah pembelahan inti. Namun , untuk beberapa sel eukariotik yang tidak memiliki nukleus, seperti sel tapis pada tanaman ia berada di dekat sel yang mengalami nukleasi.
Secara umum, sel hewan dan sel tumbuhan terbagi menjadi dua sel dengan pembagian sitoplasma yang terletak diantara dua nukleus yang baru dibentuk. Pada hewan, sitokenesis melibatkan pengerutan pada lekukan pembelahan yang menyebabkan kontraksi mukrofilamen menekan sel menjadi 2. Namun pada tumbuhan sitokenesis diawali dengan pembentukan sel piring (vesikel) untuk pembentukan dinding sel.

DIFERENSIASI DAN SPESIALISASI
Perkembangan yang kompleks, organisme multiseluler seperti manusia disertai dengan perubahan dimana satu sel terspesialisasi (pembuahan telur atau zygot) pada akhirnya memberikan perkembangan sel dan jaringan yang sangat khusus dalam struktur dan fungsi. Proses perubahan karakter meliputi 4 komponen: determinasi, diferensiasi, pertumbuhan, dan morfogenesis. Pada beberapa tahap awal perkembangan suatu organisme, semua sel memilki potensi untuk berkembang menjadi salah satu dari berbagai macam jenis jaringan. Kemampuan ini disebut dengan totipotensi. Selam proses diferensiasi terbentuk sifat- sifat baru dan spesifik. Namun ada juga yang tidak mengalami pembentukan melainkan degenerasi atau hilangnya struktur dari organisme tersebut karena adanya proses biokimia. Misalnya, diferensiasi sel-sel darah merah pada mamalia.
Diferensiasi dari sel-sel organisme yang sedang berkembang biasanya juga disertai dengan pertumbuhan, yaitu peningkatan ukuran dan jumlah sel-sel yang ada pada suatu organisme. Pertumbuhan pada prosesnya selalu diikuti dengan morfogenesis bentuk. Dalam proses ini diferensiasi dan sel-sel tumbuh sehingga meninbulkan karaktristik yang berbeda pada tiap organisme. Pola diferensiasi sel didasarkan pada sifar dari DNA dalam inti sel. Ekspresi gen secara teratur terjadi melalui 3 tingkatan, yaitu:
1. Melibatkan interaksi molekul atau metabolisme seperti aksi massa dan fungsi enzimallosterik.
2. Kontrol dilakukan melalui interaksi antara inti sel, sitoplasma, dan organel sitoplasma.
3. Kontrol melibatkan interaksi antara sel secara keselurihan dan lingkungannya.

Interaksi Intrinsik
Salah satu dari interaksi intrinsik adalah transplantasi sel inti. Agus Weissman mengusulkan agar diferensiasi dan spesialisasi bisa terjadi karena hilangnya progresif gen tertentu dari genom saat pembelahan mitosis secara berturut-turut. Oleh karena itu untuk membuktikan kebenaran dari usulannya ia melakukan serangkaian percobaan pada sel telur amfibi. Dan ternyata terbukti dari hasil percobaan wiessman bahwa diferensiasi dan spesialisasi dapat terjadi karena hilang progresif gen tertentu.

Pengaruh Lingkungan Luar terhadap Diferensiasi Sel
Diferensiasi sel secara langsung dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Efek langsung dari lingkungan dapat kita lihat pada Fucus (ganggang coklat). Fucus yang dipupuk sel telor tidak memiliki topological polaritas nyata. 15 jam setelah pemupukan rizoid berkembang. Ini menunjukkan bahwa lingkungan luar berpengaruh cukup besar terhadap diferensiasi sel.



REGULASI
Efek regulator dilakukan dilakukan oleh substrat melalui aksi massa. Aksi massa ini mempengaruhi seluruh reaksi-reaksi di jalur metabolisme, sehingga mekanisme kontrol yang terjadi tidak spesifik. Meskipun demikian terdapat mekanisme spesifik pada jalur regulasinya. Pada suatu mekanisme, jalur reaksi yang spesifik dari suatu enzim katalis dipengaruhi oleh tipe dan jumlah tertentu dari regulasi metabolisme saat itu. Enzim-enzim yang bekerja ini disebut dengan enzim allosterik karena daya katalis enzim tersebut aktif ketika terjadi metabolisme yang spesifik, yang disebut efektor allosterik yang akan mengikat pada sisi non aktif enzim. Jika metabolisme terganggu akibat adanya efektor tersebut, maka disebut negative efektor. Jika efektor tersebut mempercepat proses metabolisme, maka efektor tersebut disebut efektor positif.
• Inhibisi umpan balik.
Efek-efek alosterik inhibisi terjadi ketika suatu saat produk reaksi berikatan dengan sisi alosterik yang pertama kali dalam suatu jalur utama atau cabang dari jalur utama suatu metabolisme. Pengikatan efektor ke enzim menyebabkan perubahan konfigurasi enzim (disebut transisi alosterik) dan ini dapat mengurangi aktivitas katalisi enzim. Oleh karena itu, produk akhir dari suatu rangkaian reaksi terus bertambah dan terkumpul hingga dapat menonaktifkan enzim yang berada di awal dari suatu rangkaian reaksi. Di jalur ini, rata-rata formasi produk akhir perlahan-lahan menurun. Ketika terjadi jalur metabolisme dalam suatu cabang, produk akhir dari suatu cabang tersebut selalu berefek pada enzim yang memimpin pada metabolisme percabangan tersebut. Tipe inhibisi seperti ini dinamakan inhibisi umpan balik atau inhibisi produk akhir.
• Umpan balik perangsang.
Efektor positif biasanya beraksi di satu atau dua cara, yaitu dengan perangsang umpan balik atau perangsang umpan maju. Di dalam perangsang umpan balik, efektor mungkin adalah produk akhir dari suatu jalur percabangan metabolisme yang mengkombinasi dan merangsang reaksi katalis enzim yang terdapat pada awal percabangan reaksi metabolisme ke jalur metabolisme lain. Dengan kata lain, permulaan reaksi untuk mensintesis efektor positif melemah, sementara reaksi lain yang mensintesis produk alternative meninggi.
• Perangsang umpan maju.
Dalam perangsang umpan maju, jalur inisial substrat (atau berada di awal-awal jalur) merangsang aktivitas enzim sepanjang jalur metabolisme.
Ketika enzim alosterik dibentuk oleh satu afektor, hal ini dapat dikatakan sebagai monovalent. Apabila, beberapa enzim alosterik mungkin dibentuk oleh dua atau lebih efektor-efektor, mereka disebut polyvalent. Enzim alosterik tunggal mungkin memiliki sisi-sisi yang terdiri dari negative ataupun positif efektor, dan efektor-efektor ini mungkin berkompetisi dengan lainnya untuk sisi alosterik yang sama atau berikatan di sisi berbeda dari enzim.
Proses Metabolisme yang Diatur oleh Enzim Allosterik
Jalur alternatif untuk sintesis glikogen dan degradasi.Suatu contoh luar biasa dari proses metabolisme regulasi enzim alosterik dibagi berdasarkan hubungan jalur metabolisme dalam hewan, yaitu (1) sintesis glikogen dari glukosa dan (2) oksidasi glukosa menjadi CO2 dan air. Hampir semua proses pemakaian energi di dalam tubuh menggunakan ATP dan banyak dari ATP tersebut berasal dari oksidasi glukosa. Selama beraktivitas (misalnya: bekerja), glokogen diubah menjadi glukosa, yang kemudian masuk dalam jalur metabolisme untuk diubah menjadi CO2 dan air, dengan dihasilkan ATP. Berbeda halnya selama istirahat atau penurunan energi, terjadi penyerapan glukosa untuk diubah menjadi glikogen. Tiga enzim yang berkaitan dengan metabolisme glukosa adalah enzim alosterik, yaitu phosphofructokinase (suatu enzim yang dibutuhkan pada saat mengubah glucose-6-phosphate menjadi CO2 dan air), glycogen synthetase (digunakan pada saat penggabungan dari glucose-1-phosphate menjadi glikogen), dan glycogen phosphorylase (yang memecaha glukosa menjadi glucose-1-phosphate dari glikogen selama katabolisme glikogen).
Ketika kadar ATP tinggi dan tidak ada penggunaan energi di dalam tubuh, glukosa diubah menjadi glikogen (contoh: glikogenesis). Hal ini terjadi karena ATP beraksi sebagai efektor negative dari phosphofructokinase dan glycogen phosphorylase dan sebagai efektor positif adalah sepanjang glucose-6-phosphate dari glycogen synthetase.
Ketika kadar ATP turun dan terjadi pemasokan untuk ATP, sintesis glikogen berhenti untuk mendapat ATP secara langsung dari penyerapan glukosa dan tambahan glukosa dibuat melalui katabolisme glikogen (contoh: glikogenolisis). Jalur ini diaktifkan dengan efek-efek positif dari phosphofructokinase dan glycogen phosphorylase dari perkursor ATP, yaitu AMP.
Hormon epinephrin akan dikeluarkan ke aliran darah selama beraktivitas keras, hal ini juga berakibat pada jalur metabolisme di otot dan di dalam hati. Ketika epinephrine di aliran darah meningkat di dalam otot, hal ini mengikat ke permukaan sel-sel otot dan merangsang sintesis siklus AMP (cAMP) dengan enzim adenycyclase. cAMP kemudian secara alosterik mengaktifkan enzim kedua (protein kinase) yang secara keseluruhan mengaktifkan glycogen phosphorylase tetapi menonaktifkan glycogen synthetase. Fenomenan ini juga mempertimbangkan hubungan kelanjutan dari suatu tahap fungsi hormone-hormon dan peran dari phosphorilasi protein sebagai mekanisme regulator metabolisme.
Secara serempak jadilah aktip sedemikian sehingga efek mereka batalkan satu another-a yang paling status tidak produktif. Allosterism menyediakan suatu basis untuk mengatur tingkatan aktivitas berhubungan jalan kecil berkenaan dengan metabolisme. Peraturan Amino Sintese Asam Escherichia coli adalah suatu contoh kecil berkenaan dengan metabolisme yang menyimpang dari larangan umpan balik. Suatu garis besar jalan kecil yang berkenaan dengan metabolisme untuk sintese tiga amino cuka ditunjukkan gambar 11-9. Lysine, methionine, dan theonine adalah masing-masing manyatukan dari aspartate, dan masing-masing digunakan pritein synhesis. Tanpa kendali berkenaan dengan metabolisme, konsumsi atau pemanfaatan tentang segala salah satu dari amino ini cuka akan merangsang jalan kecil ini dan menyebabkan sintese yang tidak diperlukan amino tak terpakai. Sistem yang tak diatur seperti itu akan mengkonsumsi energi dan sumber daya penting; kedua-duanya faktor bisa mempunyai implikasi survival kepada organisma dan konsekwensi evolusiner kepada jenis itu. Bagaimanapun, di dalam E. Coli, mekanisme pengatur yang allosteric adalah paling efektif. Akumulasi dari tiap amino hasil asam sebagai suatu umpan balik inhition enzim yang pertama di dalam cabang spesific jalan kecil yang mendorong ke arah sintese amino asam itu . Pada gambar 11-9, efek hal negatif ini ditunjukkan oleh bentuk yang dihancurkan.
Enzim ini ada tiga format yaitu tiga isozymes,( pada gambar 11-9) dengan penggunaan tiga panah terpisah untuk menunjukkan konversi aspartate ke aspartylphosphate. Salah satu dari isozymes secara rinci dan dengan sepenuhnya dilarang oleh threonine, yang kedua adalah menyajikan dalam sejumlah kecil secara rinci dilarang oleh homoserine, dan isozyme yang ketiga secara rinci dilarang oleh lisyne. Sebagai tambahan, sintese isozyme yang belakangan ditindas oleh lisyne. ( Penindasan adalah suatu mekanisme pengatur yang mengurangi banyaknya molekul enzim di dalam sel.
Kontrol Mekanisme Regulasi dari Sintesis Enzim Pada Prokariotik
Merupakan metoda lain yang digunakan oleh sel untuk mengatur metabolisme, dengan cara mengubah angka-angka dan jenis enzim yang dihasilkan melalui suatu tindakan yang terintegrasi oleh sel dengan protein penyatu. Kehadiran enzim dalam suatu unsur spesifik boleh jadi menghalangi produksi, akan tetapi dilanjutkan suatu enzim spesifik yang berhubungan dengan metabolisme. Proses ini disebut penindasan enzim (penindasan suatu urutan enzim). Contohnya, sel E coli yang tumbuh pada suatu medium yang kaya akan NH+ ( satu-satunya sumber zat lemas) akan berisi semua sistem enzim yang diperlukan dalam penyatuan asam amino dari cuka organik.
Operon
Operon merupakan suatu model yang menjelaskan regulasi dari ekspresi gen pada sel prokariotik. Model ini di usulkan oleh F. Jacob dan J. Monod pada tahun 1961. Ada dua macam model operon, yaitu:
1. Model operon komponen
Komponen esensial genetik, menjelaskan bahwa operon berisi lebih dari satu gen struktural (SG1, SG2, SG3) dan berdampingan dengan promotor dan operator.

2. Model operon induksi
Model regulasi dari ekspresi gen dengan cara induksi operon. PR adalah promotor untuk gen regulator. R adalah gen regulator. PO adalah promotor untuk operon. O adalah operator.
SEL SYARAF ( NEURON)
Jaringan dari sistem syaraf mengandung sel-sel yang bervariasi. Tetapi salah satu diferensiasi dan spesialisasi yang sangat tinggi adalah sel syaraf atau serabut syaraf. Fungsi utama dari sel-sel ini adalah konduksi dan transmisi impuls dari satu bagian organisme ke bagian lainnya. Bagian yang menerima impuls dan menyalurkannya ke badan sel disebut dendrit dan bagian yang menghantarkan impuls ke luar dari badan sel disebut akson. Ujung dari akson memilki struktur yang khusus dan disebut end plate, yang bertugas untuk memulai penghantaran impuls ke sel berikutnya. Hubungan antara sel saraf atau sel saraf dengan efektor (misalnya kelenjar atau sel-sel otot) disebut sinapsis. Pertumbuhan dari sebuah akson dijaga oleh gerakan sitoplasma yang berkelanjutan dari badan sel saraf. Hingga pertumbuhan berhenti aliran aksoplasmik akan berlanjut dan berperan untuk mengangkut substansi-subtansi yang diproduksi di dalam badan sel menuju akhir dari akson. Sel saraf dewasa menunjukkan pembentukan sekunder dri transport intraseluler yang disebut transport aksonal. Transport aksonal lebih cepat dari pada aliran aksoplamik dan membawa materi-materi pada dua arah selama proses dari sel saraf.

Penghantaran Impuls Saraf
Saraf menghantarkan sinyal-sinyal atau impuls-impuls dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh lainnya. Pada aliran normal, masing-masing impuls bermula dari dendrit dan kemudian menyebar, menyebrangi sel menuju ujung saraf. Impuls dapat dimulai pada bagian permukaan sel manapun dan dapat diperoleh dengan menggunakan satu jenis stimulus termasuk “ kejutan elektrik”, tekanan, panas, dingin, dan perubahan pH.
Potensial Istirahat dan Potensial Aksi
Sitoplasma atau aksoplasma, dalam akson dan cairan ekstraseluler mengandung sejumlah ion-ion dan hantaran elektrik yang bagus, sedangkan aksolema berperan sebagai pengisolasi walaupun sangat lemah. Saat satu anggota dari mikroelektroda yang berhubbngan dengan voltmeter disisipkan ke dalam aksoplasma dan elektroda lain ditempatkan pada cairan ekstraseluler, sebuah potensial elektrik yang melewati membran akan terukur. Ketika sel tidak tersambung dengan impuls, maka potensialnya disebut “potensial istirahat” dan menunjukkan angka yang konstan. Untuk kebanyakan sel saraf, potensial istirahatnya adalah 50-90 megavolt, dengan bagian dalam dari membran negatif berhubungan dengan daerah luar. Ketika sebuah sel saraf di stimulus dan impuls melewati daerah elektroda, sebuah perubahan singkat terekam, perubahan transitor pada potensialnya disebut potensial aksi.

Amaranthus spinosus ( Bayam Duri )

Amaranthus spinosus
( Bayam Duri )


A. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Caryophyllales
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus spinosus



B. Deskripsi Morfologi
 AKAR
Akar tanaman bayam duri sama seperti akar tanaman bayam pada umumnya, yaitu memiliki sistem perakaran tunggang.
 BATANG



Batang tanaman bayam duri ini kecil berbentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak bisa mencapai satu meter dan percabangannya monopodial. Batangnya berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi ciri khas pada tanaman ini adalah adanya duri yang terdapat pada pangkal batang tanaman ini.
 DAUN


Daun spesies ini termasuk daun tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang (ovalis). Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5 sampai 3,2 cm. Panjang tangkai daun 0,5 sampai 9,0 cm.
Ujung daun : obtusus
Pangkal daun : acutus
Tangkai daun : bulat
Permukaannya : opacus
Bentuk tulang daun : penninervis
Tepi daunnya : repandus.

 BUNGA


Merupakan bunga berkelamin tunggal, yang berwarna hijau. setiap bunga memiliki 5 mahkota. panjangnya 1,5-2,5 mm. Kumpulan bunganya berbentuk bulir untuk bunga jantannya. Sedangkan bunga betina berbentuk bulat yang terdapat pada ketiak batang. Bunga ini termasuk bunga inflorencia.
 BUAH
Berbentuk lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm.
 BIJI


Berwarna hitam mengkilat dengan panjang antara 0,8 - 1 mm.

C. Deskripsi Anatomi
 BATANG
Batang tanaman ini termasuk herbaceus
Jaringan utama penyusun batang adalah:
o Jaringan epidermis yang terdiri dari selapis sel yang melindungi jaringan di bawahnya.
o Jaringan kortek terdiri dari kolenkim, serabut-serabut dan parenkima.
o Floem terdiri dari saluran dengan tapisan sebagai ciri khasnya, sel pengiring, serabut-serabut dan parenkima.
o Xylem yang terdiri dari pembuluh dan tracheid yang merupakan penyusun utama xylem, serabut-setrabut dan parenkima.
Tipe berkas pengangkut yang dimiliki tanaman ini adalah kolateral terbuka, dimana xylem dan floem dipisahkan oleh kambium.Walaupun tanaman ini termasuk dikotil namun tanaman ini bukan tanaman berkayu. Tanaman ini tetap memiliki kambium vascular sepaerti tanaman dikotil lainnya. Tetapi kambium ini tidak selamanya aktif bekerja sehinnga tanaman ini tidak memiliki lingkar tahun yang menjadi ciri khas tanaman dikotil pada umumnya. Tipe stele batang pada tanaman ini serupa dengan tipe stele yang ada pada akar tanaman ini.


 AKAR
Akar tanaman ini terdiri dari beberapa bagian yaitu:
o Epidermis yang juga berderivat menjadi rambut akar untuk memperluas bidang penyerapan air..
o Kortek. Jaringan kortek akar lebih tebal dibanding jaringan kortek yang ada di batang. Jaringan ini terdiri dari parenkima penyimpan dengan rongga sel yang luas. Ada endodermis pada bagian terdalam dari kortek.dan pada endodermis ini terdapat pita kaspari yang membedakan anatomi akar dan batang.
o Perisikel merupakan deferensiasi dari permukaan silinder prokambium.
o Jaringan penganggkut terdiri dari xylem dan floem. Anatomy xylem dan floem pada akar sama dengan yang terdapat pada batang.
Stele pada akar ini memiliki susunan floem terpisah berselang-seling di sebelah luar lingkaran xylem.Namun struktur ini tidakberkembang ke pusat akar sehingga terdapat empulur pada bagian tengah akar.

 DAUN
Daun terdiri dari 3 bagian utama yaitu
o Epidermis yang merupakan selapis sel dan di sini terdapat stomata yang berfungsi penting dalam proses respirasi. Di kanan kiri stomata terdapat sel yang mengatur kerja membuka dan menutupnya stomata yaitu sel penjaga.
o Mesofil. Jaringan ini terbagi menjadi dua yaitu
o Parenkim palisade yang terdapat di bawah epidermis. Di sisni terdapat banyak klorofil yang di dalamnya terdapat plastida tempat kloroplast yang nerperan dalam proses fotosintesis.
o Parenkim spons yang disusun oleh sel yang tidak beraturan.
o Jaringan pengangkut. Terdiri dari berkas-berkas pengangkut yaitu xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun ini merupkan terusan dari berkas pengangkut yang ada di cabang tanaman. Jadi anatomi berkas pengangkut pada daun ini mirip dengan anatomi pada batang.

DAFTAR PUSTAKA

Gembong, 2003, Morfologi Tumbuhan, 11-91, UGM Press, Yogyakarta.
Robin, Wilfred, 1964, Botany, 96-97, 128-131, 141, John Willey & Sons Inc., USA.
http://www.wikipedia.com ( diakses 12 Mei 2010 pukul 23:33 WIB)
http://www.portaliptek.net ( diakses 12 Mei 2010 pukul 23:33 WIB)
http://www.org/Pier/species/amaranthus_spinosus.htm (diakses 12 Mei 2010 pukul 23:33 WIB)
http://www.tanamamobatindonesia.com ( diakses 13 Mei 2010 pukul 09:24 WIB)

Selasa, 16 November 2010

EVOLUSI CHORDATA

CHORDATA
PENDAHULUAN
Hewan yang termasuk chordata adalah semua hewan yang memiliki penyokong tubuh dalam, mulai dari tingkat sederhana berbentuk seperti cacing (Tunicata), ikan lancelet sampai mamalia. Meskipun chordata sangat bervariasi dalam penampakannya, chordata dikelompokkan dalam satu filum melalui kahadiran empat struktur anatomis yang muncul pada suatu waktu selama masa kehidupan hewan tersebut. Ada empat ciri anatomis yang merupakan karakteristik filum chordata. Keempat ciri khas chordata ini adalah :
1. Notochord
Chordata dinamai berdasarkan suatu struktur kerangka, yaitu notochord. Notochord ditemukan pada semua embrio chordata. Notochord sendiri adalah batang fleksibel dan longitudinal yang terdapat di antara saluran pencernaan dan tali saraf.
2. Tali saraf dorsal berlubang
Tali saraf suatu embrio chordata berkembang dari suatu lempengan ektoderm yang menggulung menjadi suatu bentuk tabung yang terletak dorsal terhadap notochordnya. Hasilnya adalah tali saraf yang dorsal dan berlubang yang hanya dimiliki oleh hewan chordata.
3. Celah faring
Daerah yang terletak tepat posterior terhadap mulut adalah faring, yang membuka ke arah bagian luar hewan melalui beberapa pasang celah. Celah faring ni memungkinkan air yang masuk melalui mulut dapat keluar tanpa harus terus mengalir melalui keseluruhan saluran pencernaan. Celah faring berfungsi sebagai alat untuk memakan suspensi pada banyak chordata invertebrata. Celah-celah tersebut dan struktur yang menyokongnya telah termodifikasi untuk pertukaran gas, penyokong rahang, pedengaran dan fungsi-fungsi lain selama evolusi vertebrata.
4. Ekor pascaanus yang berotot
Sebagian besar chordata memiliki ekor yang memanjang ke arah yang posterior terhadap anus. Ekor chordata mengandung unsur otot rangka serta menyediakan sebagian besar gaya dorong pada banyak spesies aquatik.
(Campbell, 2004)
Asal-Usul Chordata
Teori-teori tentang asal usul Chordata disusun berdasarkan karakteristik invertebrata dan kordata rendah. Ada 3 teori yang dapat dikemukakan mengenai asal usul Phylum Chordata yaitu:
1. Teori Anelid
Baik anelida maupun Chordata bersifat bilateral simetris dan bersegmen. Organ-organ ekskresi bersegmen, selom tumbuh baik, ada korda saraf di pembuluh-pembuluh darah longitudinal. Apabila pada anelida kita menempatkan korda sarafnya di sebelah dorsal saluran pencernaan, maka tipe aliran darahnya akan sama dengan yang terdapat pada chordata. Namun, mulut anelida itu ada di sebelah dorsal, tidak seperti pada chordata yang mulutnya di sebelah ventral. Demikian pula berbagai hubungan dorsoventral akan berubah. Lebih-lebih lagi, annelida itu tidak mempunyai struktur yang serupa dengan notokorda atau celah-celah insang (Zaif, 2009).
2. Teori Araknid
Persamaanya adalah pada eurypterid (artropoda zaman Paleozoik) dan ostracoderm (chordata pada zaman purba), yaitu adanya eksoskeleton dorsal, namun demikian, kordata tidak mempunyai apendiks-apendiks seperti pada artopoda, dan korda sarafnya terletak sebelah dorsal. Sedangkan pada artopoda, korda sarafnya ada di sebelah ventral (Zaif, 2009).
3. Teori Ekinodermika
Larva tornaria dari cacing lidah Soccoglossus sp. (anak filum Hemichordata) dan larva bipinnaria dari echinodermata, semuanya transparan, bersilia eksternal, dengan ruang selom, dan mempunyai porus dorsal. Dahulu memang terjadi kekeliruan, yaitu larva cacing lidah itu diidentifikasi sebagai Asterius sp. Sebuah hipotesis pernah dikemukakahn, bahwa larva echinodermata→larva hemichordata→larva tunikata→amfioksus→ostracoderm. Jika hipotesis itu benar, maka tidak ada lagi kemungkinan akan ditemukan fosil chordata purba (Zaif, 2009).