Selasa, 16 November 2010

EVOLUSI CHORDATA

CHORDATA
PENDAHULUAN
Hewan yang termasuk chordata adalah semua hewan yang memiliki penyokong tubuh dalam, mulai dari tingkat sederhana berbentuk seperti cacing (Tunicata), ikan lancelet sampai mamalia. Meskipun chordata sangat bervariasi dalam penampakannya, chordata dikelompokkan dalam satu filum melalui kahadiran empat struktur anatomis yang muncul pada suatu waktu selama masa kehidupan hewan tersebut. Ada empat ciri anatomis yang merupakan karakteristik filum chordata. Keempat ciri khas chordata ini adalah :
1. Notochord
Chordata dinamai berdasarkan suatu struktur kerangka, yaitu notochord. Notochord ditemukan pada semua embrio chordata. Notochord sendiri adalah batang fleksibel dan longitudinal yang terdapat di antara saluran pencernaan dan tali saraf.
2. Tali saraf dorsal berlubang
Tali saraf suatu embrio chordata berkembang dari suatu lempengan ektoderm yang menggulung menjadi suatu bentuk tabung yang terletak dorsal terhadap notochordnya. Hasilnya adalah tali saraf yang dorsal dan berlubang yang hanya dimiliki oleh hewan chordata.
3. Celah faring
Daerah yang terletak tepat posterior terhadap mulut adalah faring, yang membuka ke arah bagian luar hewan melalui beberapa pasang celah. Celah faring ni memungkinkan air yang masuk melalui mulut dapat keluar tanpa harus terus mengalir melalui keseluruhan saluran pencernaan. Celah faring berfungsi sebagai alat untuk memakan suspensi pada banyak chordata invertebrata. Celah-celah tersebut dan struktur yang menyokongnya telah termodifikasi untuk pertukaran gas, penyokong rahang, pedengaran dan fungsi-fungsi lain selama evolusi vertebrata.
4. Ekor pascaanus yang berotot
Sebagian besar chordata memiliki ekor yang memanjang ke arah yang posterior terhadap anus. Ekor chordata mengandung unsur otot rangka serta menyediakan sebagian besar gaya dorong pada banyak spesies aquatik.
(Campbell, 2004)
Asal-Usul Chordata
Teori-teori tentang asal usul Chordata disusun berdasarkan karakteristik invertebrata dan kordata rendah. Ada 3 teori yang dapat dikemukakan mengenai asal usul Phylum Chordata yaitu:
1. Teori Anelid
Baik anelida maupun Chordata bersifat bilateral simetris dan bersegmen. Organ-organ ekskresi bersegmen, selom tumbuh baik, ada korda saraf di pembuluh-pembuluh darah longitudinal. Apabila pada anelida kita menempatkan korda sarafnya di sebelah dorsal saluran pencernaan, maka tipe aliran darahnya akan sama dengan yang terdapat pada chordata. Namun, mulut anelida itu ada di sebelah dorsal, tidak seperti pada chordata yang mulutnya di sebelah ventral. Demikian pula berbagai hubungan dorsoventral akan berubah. Lebih-lebih lagi, annelida itu tidak mempunyai struktur yang serupa dengan notokorda atau celah-celah insang (Zaif, 2009).
2. Teori Araknid
Persamaanya adalah pada eurypterid (artropoda zaman Paleozoik) dan ostracoderm (chordata pada zaman purba), yaitu adanya eksoskeleton dorsal, namun demikian, kordata tidak mempunyai apendiks-apendiks seperti pada artopoda, dan korda sarafnya terletak sebelah dorsal. Sedangkan pada artopoda, korda sarafnya ada di sebelah ventral (Zaif, 2009).
3. Teori Ekinodermika
Larva tornaria dari cacing lidah Soccoglossus sp. (anak filum Hemichordata) dan larva bipinnaria dari echinodermata, semuanya transparan, bersilia eksternal, dengan ruang selom, dan mempunyai porus dorsal. Dahulu memang terjadi kekeliruan, yaitu larva cacing lidah itu diidentifikasi sebagai Asterius sp. Sebuah hipotesis pernah dikemukakahn, bahwa larva echinodermata→larva hemichordata→larva tunikata→amfioksus→ostracoderm. Jika hipotesis itu benar, maka tidak ada lagi kemungkinan akan ditemukan fosil chordata purba (Zaif, 2009).

1 komentar: